Minggu, 18 November 2012

DARI INDONESIA UNTUK NUSANTARA

Sebelum kita terlalu jauh membincang dari Indonesia untuk Nusantara, terlebih dahulu kita membahas tentang latar belakang lahirnya Indonesia dari Nusantara menjadi Indonesia dan kembali ke-Nusantara, Nama Indonesia berasal dari warisan kolonial Belanda (penjajah) yang berasal dari kata dasar  “ East India “ atau India timur alias Hindia belanda. Orang Belanda menyebut Indonesia sebagai India Timur atau India Belanda artinya penjajah belanda dari arah India ke Indonesia. Sedangkan dikalangan tokoh-tokoh Belanda tingkat atas menyebut Indonesia “Perusahaan belanda yang berada di Asia”.Nama Indonesia adalah temuan linguistik- filologis oleh seorang ilmuan asal Jerman bernama A. BASTIAN. 

Nama yang orisinil dan membumi untuk kawasan Indonesia yang merupakan warisan masalalu dan benar adalah Nusantara, asal kata dari “Nusa” artinya pulau dan “Antara” yang artinya, jarak antara pulau yang satu dengan yang lainya atau biasa juga disebut Negara yang terletak di antara pulau-pulau terbeasr dan terbanyak di dunia berkisar 17.504 pulau 300 etnis dan 300 bahasa sehingga pada hakikatnya negeri ini adalah Negara kepulauan yang plural.

Dalam perfektif sejarah perkembangan masyarakat Nusantara pada hakikatnya adalah beasal dari satu individu kemudian menjadi satu komunitas. Individu inilah yang dikenal dengan banyak nama berdasarkan perkembangan daerah tertentu. misalnya di Jawa dikenal Dang Hyang Semar yang berasal dari atas perahu sebagai sebagai nenek moyang orang Jawa, Di Sulawesi di kenal Bhatara Guru yang berasal dari atas langit dan kemudian berikutnya di perbaharui oleh konsepsi Tumanurung sebagai nenek moyang (Molo tau) sekelikus tokoh-tokoh penguasa di jawa dan sulawesi.

Dari individu-individu tersebut berkembang menjadi komunitas dan dari kemunitas ini kemudian menbentuk satu kampung yang juga disebut wanua-wanua. Dan dalam kemunitas wanua inilah mereka bersepakat memilih seorang pemimpin yang tentunya berdasarkan atas kejerdasan akal, budi pekerti yang luhur dan kekuatan spritualisme dalam bentuk kesaktian-kesaktian baik ilmu kanuragam ataupun mantra-mantra mistik. Paktor yang lain adalah adanya imingran dari pulau lain seperti Timur Tengah, India , Melayu, China dan dibelakang hari ada inpasi oleh bangsa Eropa ras kulit Arya (putih).

Untuk kemunitas jawa misalnya kelompok-kelompok tersebut biasanya memilih seorang pemimpin yang dituakan dan kharismarik yang disebut Raka. Ketika satu kemunitas itu membentuk satu kesatuan antar  kelompok maka para rakai ini kemudian memilih satu tokoh pemimpin yang disebut Raka-I yang berarti pemimpin para raka dari komunitas yang ada. Dan ketika Rakai-i-Raka-I ini memilih satu pemimpin yang cakukupan kesatuan yang lebih besar untuk memimpin para Raka-I dan kemunitasnya digerilah mereke Ratu yang bermakan pemimpin para Raka-i.

Di sulewesi pemimpin kemunitas wanua (kampung) disebut Kara dan ketika kumpulan kara ini memilih seorang pemimipin disebutlah Karaeng   atau istilah laing  Paccalayya yang berararti pemimpin para karaeng, dan ketika para karaeng inimemilih sosokpemimpin maka disebutlah mereka ratu atau raja tetepapi dibelakan karena terjadipengaruh dari timut tenggah (Arab Islam) raja kemudian dikenalsebagai Sulta,perkembangan berikutnya atas pengaruh imperialisme yang bertumpu pada system kolonialisme (penjajahan) yang juga menjadi penyebab lahirnya semanga nasionaloisme  yang berujung lahirnya nega bangsa dengan sistek kepemimpinan republic, artinya adalah bahwa sistim kekuasaan di nusantara sampai menjadi Indonesia adalah dari Kerajaan, Kesultanan dan Republik.

Melihat sejarah masa silam, penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara dan sekarang menamakan diri sebagai bangsa Indonesia ,selama ini telah tiga kali melakukan 

Integrasi bersatu menjadi satu bangsa. Namun karena intrik di dalam negeri didukung oleh kekuatan luar, lalu pecah dan bubar. Berubah menjadi “Negara-negara” atau “kerajaan-kerajaan” kecil.

Persatuan pertama dilakukan pada zaman kerajaan sriwijaya abad 6-7 Masehi. Kerajaan dengan pusat kekuasaan di Sumatera Selatan dekat kota Palembang sekarang , memiliki kekuatan armada angkatan laut yang kuat, mampu menyatukan penduduk Nusantara dalam satu bendera Sriwijaya. Waktu itu kerajaan Sriwijaya begitu dihormati dunia sebagai kerajaan besar, menjadi pusat agama Budha di Asia Tenggara, pusat ilmu pengetahuan serta pusat perdagangan. Pengaruh Sriwijaya sampai kawasan yang sekarang disebut Malaysia, Thailand dan Philipina.

Kebesaran Sriwijaya yang mampu menyatukan penduduk Nusantara, memasuki tahun ke-70, hancur menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Ketika pemerintah pusat di Palembang mulai melemah, uncul pergolakan di berrbagai daerah menuntut “merdeka” menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang mandiri. Hilangnya figur pemersatu menyebabkan “pemerintah pusat Sriwijaya” kehilangan wibawa, kemudian bermunculan kerajaan-kerajaan kecil di seluruh kepulauan Nusantara.

Persatuan kedua terjadi pada abad ke 13-14 Masehi di bawah bendera Majapahit dengan pusat kerajaan di Trowulan-Jawa Timur sekarang. Sewaktu Hayam Wuruk mmenjadi raja, ia memiliki seorang Mahapatih bernama Gadjah Mada yang memiliki nyali dan obsesi maha-besar. Gadjah Mada yang memiliki tubuh ukuran sedang, bersumpah untuk menyatukan seluruh penduduk Nusantara dalam satu bendera negara Majapahit. Sumpah legendaries itu dikenal dengan nama “Sumpah palapa”.

Sumpah palapa merupakan spirit, sebuah tekad yang sangat kuat menyatukan penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara. Dari pulau Andalas (Sumatera) di Barat sampai tanah Papua di Ujung Timur. Rakyat di seluruh kawasan Nusantara berada dalam satu kesatuan di bawah imperium Majapahit. Pengaruh wilayah Maajapahit waktu itu bukan seukuran Republik Indonesia sekarang melainkan jauh lebih luas lagi, sampai Semenanjung Malaya, Philipina, Thailand, hingga Srilangka bahkan masuk ke Madagaskar di pantai Timur Afrika.

Tapi sejarah kembali terulang. Kebesaran Majapahit tidak bisa dipertahankan. Ketika usia kerajaan mencapai angka 70 tahun, terjadi gesekan imtrik palitik dari dalam. Kehilangan figure kuat sebagai pemersatu Majapahit yang mampu mengendalikan kerajaan, menyebabkan wilayah kekuasaan di berbagai daerah,     

 

Sejak 17 Agustus 1945 penduduk di tanah Nasantara secara resmi untuk “ketiga kali” bersatu menjadi “satu bangsa”. Pertama bernama Sriwijaya, kedua bernama Majapahit dan ketiga bernama Republik Indonesia.  

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar