DARI INDONESIA UNTUK NUSANTARA
Sebelum kita terlalu jauh membincang dari Indonesia
untuk Nusantara, terlebih dahulu kita membahas tentang latar belakang lahirnya
Indonesia dari Nusantara menjadi Indonesia dan kembali ke-Nusantara, Nama Indonesia
berasal dari warisan kolonial Belanda (penjajah) yang berasal dari kata
dasar “ East India “ atau India timur
alias Hindia belanda. Orang Belanda menyebut Indonesia
sebagai India Timur atau India Belanda artinya penjajah belanda dari arah India ke Indonesia. Sedangkan dikalangan
tokoh-tokoh Belanda tingkat atas menyebut Indonesia
“Perusahaan belanda yang berada di Asia”.Nama Indonesia adalah temuan linguistik- filologis oleh seorang ilmuan
asal Jerman bernama A. BASTIAN.
Nama yang orisinil dan
membumi untuk kawasan Indonesia yang merupakan warisan masalalu dan benar
adalah Nusantara, asal kata dari “Nusa” artinya pulau dan “Antara” yang
artinya, jarak antara pulau yang satu dengan yang lainya atau biasa juga
disebut Negara yang terletak di antara pulau-pulau terbeasr dan terbanyak di
dunia berkisar 17.504 pulau 300 etnis dan 300 bahasa sehingga pada hakikatnya
negeri ini adalah Negara kepulauan yang plural.
Dalam perfektif sejarah
perkembangan masyarakat Nusantara pada hakikatnya adalah beasal dari satu
individu kemudian menjadi satu komunitas. Individu inilah yang dikenal dengan
banyak nama berdasarkan perkembangan daerah tertentu. misalnya di Jawa dikenal
Dang Hyang Semar yang berasal dari atas perahu sebagai sebagai nenek moyang orang
Jawa, Di Sulawesi di kenal Bhatara Guru yang berasal dari atas langit dan
kemudian berikutnya di perbaharui oleh konsepsi Tumanurung sebagai nenek moyang
(Molo tau) sekelikus tokoh-tokoh penguasa di jawa dan sulawesi.
Dari individu-individu tersebut berkembang
menjadi komunitas dan dari kemunitas ini kemudian menbentuk satu kampung yang
juga disebut wanua-wanua. Dan dalam kemunitas wanua inilah mereka bersepakat
memilih seorang pemimpin yang tentunya berdasarkan atas kejerdasan akal, budi
pekerti yang luhur dan kekuatan spritualisme dalam bentuk kesaktian-kesaktian
baik ilmu kanuragam ataupun mantra-mantra mistik. Paktor yang lain adalah
adanya imingran dari pulau lain seperti Timur Tengah,
India , Melayu, China
dan dibelakang hari ada inpasi oleh bangsa Eropa ras kulit Arya (putih).
Untuk kemunitas jawa misalnya kelompok-kelompok
tersebut biasanya memilih seorang pemimpin yang dituakan dan kharismarik yang
disebut Raka. Ketika satu kemunitas itu membentuk satu kesatuan antar kelompok maka para rakai ini kemudian memilih
satu tokoh pemimpin yang disebut Raka-I yang berarti pemimpin para raka dari
komunitas yang ada. Dan ketika Rakai-i-Raka-I ini memilih satu pemimpin yang
cakukupan kesatuan yang lebih besar untuk memimpin para Raka-I dan kemunitasnya
digerilah mereke Ratu yang bermakan pemimpin para Raka-i.
Di sulewesi pemimpin
kemunitas wanua (kampung) disebut Kara dan ketika kumpulan kara ini memilih
seorang pemimipin disebutlah Karaeng
atau istilah laing Paccalayya
yang berararti pemimpin para karaeng, dan ketika para karaeng inimemilih
sosokpemimpin maka disebutlah mereka ratu atau raja tetepapi dibelakan karena
terjadipengaruh dari timut tenggah (Arab Islam) raja kemudian dikenalsebagai
Sulta,perkembangan berikutnya atas pengaruh imperialisme yang bertumpu pada
system kolonialisme (penjajahan) yang juga menjadi penyebab lahirnya semanga
nasionaloisme yang berujung lahirnya
nega bangsa dengan sistek kepemimpinan republic, artinya adalah bahwa sistim
kekuasaan di nusantara sampai menjadi Indonesia adalah dari Kerajaan, Kesultanan
dan Republik.
Melihat sejarah masa
silam, penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara dan sekarang menamakan diri
sebagai bangsa Indonesia ,selama ini telah tiga kali melakukan
Integrasi
bersatu menjadi satu bangsa. Namun karena intrik di dalam negeri didukung oleh
kekuatan luar, lalu pecah dan bubar. Berubah menjadi “Negara-negara” atau
“kerajaan-kerajaan” kecil.
Persatuan pertama
dilakukan pada zaman kerajaan sriwijaya abad 6-7 Masehi. Kerajaan dengan pusat
kekuasaan di Sumatera Selatan dekat kota Palembang sekarang ,
memiliki kekuatan armada angkatan laut yang kuat, mampu menyatukan penduduk
Nusantara dalam satu bendera Sriwijaya. Waktu itu kerajaan Sriwijaya begitu
dihormati dunia sebagai kerajaan besar, menjadi pusat agama Budha di Asia Tenggara,
pusat ilmu pengetahuan serta pusat perdagangan. Pengaruh Sriwijaya sampai
kawasan yang sekarang disebut Malaysia,
Thailand
dan Philipina.
Kebesaran Sriwijaya yang mampu menyatukan
penduduk Nusantara, memasuki tahun ke-70, hancur menjadi kerajaan-kerajaan
kecil. Ketika pemerintah pusat di Palembang
mulai melemah, uncul pergolakan di berrbagai daerah menuntut “merdeka” menjadi
kerajaan-kerajaan kecil yang mandiri. Hilangnya figur pemersatu menyebabkan
“pemerintah pusat Sriwijaya” kehilangan wibawa, kemudian bermunculan
kerajaan-kerajaan kecil di seluruh kepulauan Nusantara.
Persatuan kedua terjadi
pada abad ke 13-14 Masehi di bawah bendera Majapahit dengan pusat kerajaan di
Trowulan-Jawa Timur sekarang. Sewaktu Hayam Wuruk mmenjadi raja, ia memiliki
seorang Mahapatih bernama Gadjah Mada yang memiliki nyali dan obsesi
maha-besar. Gadjah Mada yang memiliki tubuh ukuran sedang, bersumpah untuk
menyatukan seluruh penduduk Nusantara dalam satu bendera negara Majapahit.
Sumpah legendaries itu dikenal dengan nama “Sumpah palapa”.
Sumpah palapa merupakan spirit, sebuah tekad
yang sangat kuat menyatukan penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara. Dari
pulau Andalas (Sumatera) di Barat sampai tanah Papua di Ujung Timur. Rakyat di
seluruh kawasan Nusantara berada dalam satu kesatuan di bawah imperium
Majapahit. Pengaruh wilayah Maajapahit waktu itu bukan seukuran Republik
Indonesia sekarang melainkan jauh lebih luas lagi, sampai Semenanjung Malaya,
Philipina, Thailand, hingga Srilangka bahkan masuk ke Madagaskar di pantai
Timur Afrika.
Tapi sejarah kembali terulang. Kebesaran
Majapahit tidak bisa dipertahankan. Ketika usia kerajaan mencapai angka 70
tahun, terjadi gesekan imtrik palitik dari dalam. Kehilangan figure kuat
sebagai pemersatu Majapahit yang mampu mengendalikan kerajaan, menyebabkan
wilayah kekuasaan di berbagai daerah,
Sejak 17 Agustus 1945 penduduk di tanah
Nasantara secara resmi untuk “ketiga kali” bersatu menjadi “satu bangsa”.
Pertama bernama Sriwijaya, kedua bernama Majapahit dan ketiga bernama Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar