Menggunakan Analisis
strategiik; Analisis SWOT di Lembaga Pendidikan Islam
KAHAR
Mahasiswa Pascasarjan Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
e-Mail : Kaharstaim064@gmail.com
No. Hp, 085 237
239 554
Abstrak
Pencapain
tujuan organisasi diperlukan alat yang berperan sebagai ekselerator dan
dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Demikan
halnya dalam lembaga pendidikan Islam yang merupakan sekumpulan manusia yang
mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts)
dan peluang (opportunities), akan tetapi secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Setelah dilakukan analis SWOT tersebut, hasil analiss kemudian digunakan
sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya
memaksimalkan kekuatan dan memanfatkan peluang, serta secara bersamaan berusaha
untuk meminilkan klemahan dan mengatasi ancaman. Analisi ini juga
digunakan dalam rangka menyusung rencana dan program lembaga pendidikan Islam
Kata Kunci :Analisi
Strategik, analisis SWOT lembaga Pendidiksn Islam
A.
Pendahuluan
Sebagai pelaksana
program pendidikan, lembaga pendidikan adalah pemeran utama untuk melaksanakan
program tersebut. Dalam pelaksanaan program-program serta tujuan
yang telah disepakati oleh lembaga pendidikan tersebut tentunya tidak bisa
terlepas dengan problematika maupun persoalan-persoalan lain yang harus
diselesaikan oleh sebuah lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan Islam.
Setiap pimpinan
lembaga atau perusahaan tidak menginginkan perusahaannya jatuh bangrut
begitupun dengan lembaga pendidikan tidak ada yang menginginkan jatuh terprosok
hanya karena persoalan salah manajemen atau pengelolaan. Masalah pendidikan
bukan merupakan masalah baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Berdasarkan
masalah pendidikan, tidak lepas problematika yang dihadapi oleh lembaga
pendidikan Islam. Perhatian tersebut tidak lepas dari akar sejarah lembaga
pendidikan islam yang memunculkan madrasah dan sekolah. Selaras dengan tuntutan
zaman, lembaga pendidikan Islam pun berkembang. Persoalan-persoalan yang timbul
baik berupaa faktor intern maupun ekstern.Faktor intern misalnya terkait dengan
kurikulum, tenaga pendidik, perserta didik dan lain-lain, sedangkan faktor
eksternnya adalah faktor-faktor sosial (masyarakat), pemerintahan maupun
pihak-pihak yang terkait. Sebuah lembaga pendidikan Islam tentunya harus
mengetahui problematika lembaganya, mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
maupun ancaman sehingga bisa melahirkan solusi-solusi cemerlang dan bisa
mengantarkan lembaga pendidikan Islam pada kedudukan yang sangat berpengaruh
dalam pergulatan keilmuan bangsa maupun dunia.
Sehubungan dengan hal
tersebut E. Mulyasa menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi dewasa ini
cenderun menimbulkan permasalahan dan tantangan baru berdampak luas terhadap
tugas-tugas pengelolaan pendidikan.[1]
Perbaikan mutu secara terus menerus berorientasi pada masukan, proses, luaran,
dll. Inti sumber perbaikan bukanlah pada fisiknya, melainkan pada peningkatan
profesionalitas manusia pengelola atau pelaksana lembaga pendidikan Islam.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan, kekuatan dan kelemahan dalam manajemen
strategik maka analisis SWOT merupakan salah satu alternativ yang digunakan dalam mengnalisis manajemen pendidikan, khusunya lembaga pendidikan Islam.
B.
Analisis Strategik sebagai Proses
1.
Analisis strategik
Analisis secara bahasa
dapat diartikan penguraian suatu pokok atas
berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian
untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan.[2]
Secara istilah analisis dapat diartikan sebagai suatu tindakan dalam
mengevaluasi tujuan–tujuan yang diinginkan dalam mencapai suatu tujuan bersama
yang diharapakan. Sedangkan strategi diartikan rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.[3]
Pencapain
tujuan organisasi diperlukan alat yang berperan sebagi ekselerator dan
dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Demikan
halnya dalam lembaga pendidikan Islam yang merupakan sekumpulan manusia yang
mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, sejalan
dengan hal tersebut diyakini sebagai salah satu alat untuk mencapai tesebut
adalah menggunakan konsep manajemen strtaegik, sehingga apa yang menjadi tujuan
Pendidikan Nasional tercapai dengan baik sesusia dengan harapan, maka perlu
poengelolaan yang cukup profesional dan komitmen yang tinggi
a. Pengertian
manajemen strategik
Dalam
perkembangan konsep mengenai strategik mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Manajemen strategik
merupakan rangkaian dua perkataan yang terdiri dari dua perkataan yang terdiri
dari manajemen dan strategik yang masing-masing memiliki pengertian tersendiri
yang sudah dirangkaikan menjadi satu terminologi berubah memiliki dengan
memiliki pengertian tersendiri pula.
Dalam membahas
perkataan ‘strtegik” sulit untuk dibantah bahwa penggunaannya di awali dari dan
populer dikalangan militer. Di lingkungat tersebut penggunaannya lebih dominan
dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi
musuh, yang mengatur cara atau taktik untuk memenagnkan peperangan. Dengan
demikian yang dimaksud dengan strategi dalam peperangan adalah pengaturan cara
untuk memanangkan peperangan. Di sampin itu secara secara lebih bebas perkataan
“strategik” sebagai teknik dan taktik dapat juga diartikan sebagai “kiat” seorang komandan untuk memenagkan peperang
yang menjadi tujuan utamanya.[4]
Strategik
adalah kerangka yang membimbing dan mengendalikan pilihan pilihan yang
menetapkan sifat dan arah suatu organisasi perusahaan. Sedangkan menurut
Drucker dalam bukunya Barlian yang di kutip oleh Akdon[5] strategi adalah
mengerjakan sesuatu yang benar (doing the rings things). Sejalan dengan
pendapat Clausweitz dalam Bukunya Wahyudi yang di kutib Akdon[6] bahwa ”strategik merupakan
suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenagkan perang”. Skinner “stategik
merupakan filosofi yang berkaitan dengan alat untuk mencapai tujuan.
b. Tahapan-Tahapan
Manajemen Strategik
Manajemen
strategik merupakan paradigma baru dalam organisasi non profit di mana landasan
filosfis ini berasala dari nilai-nilai pengabdian dan kemanusiaan untuk
berkepentingan hidup bersama dalam lingkungan masyarakat. Manajemen strategik
adalah suatu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efesien
sampai kepada implementasi garis terdepan dengan sedemikian rupa hingga tujuan
dan sasarannya tercapai. Sasaran manajemen strategik adalah menigkatkan
kualitas organisasi, efesiensi penganggaran, penggunaan sumber daya kualitas
evaluasi perogran dan pemantauan kinerja, serta kualitas pelaporan.
Menurut Fred R.
David terdapat tiga tahapan penting dalam proses manajemen strategik yaitu;
formulasi strategi, implementasi
strategi dan evaluasi strategi[7] strtegi cukup mudah bagi kita untuk menentukan
kemana kita mencari . bagian tersulit mendapatkan organisasi pada tindakan
proriotas yang baru.[8]
1)
Formulasi strategi
Strategi adalah
pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi.
Menurut David dalam bukunya, formulasi strategi termaasuk mengembangkan visi
dan misi, mengindentivikasi peluang dan ancaman eksternal, menetukan kekuatan
dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif
strategi dan memilih strategi yang akan di laksanakan.[9]
Formulasi strategi
ini sangat penting untuk dilaksanakan karena adanya keterbatasan yang dihadapi
suatu organisasi seperti keterbatsan sumber dana dan kemampuan jika
dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu perlu
disusun strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
kemampuan organisasi.
2)
Implementasi strategi
Implementasi
strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam
tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur yang memungkinkan
adanya perubahan budaya secara menyeluruh baik struktur maupun sistem manajemen
dalam organisasi.
Implementasi
strategi diperlukan suatu organisasi untuk mengembangkan budaya yang mendukung
strategi yang dilakukan, menciptakan struktur organisasi yang efektif,
mengarahkan kembali marketing, menyiapkan budget/biaya, mengembangkan sistem
informasi dan koprasi pegawai. Untuk melakukan strategi, lembaga/organisasi
harus menetapkan tujuan tahunan, mengubah kebijakan-kebijakan, memotivasi
pegawai dan mengalokasikan sumnber-sumber daya secara tepat sehingga yang sudah
dibuat dapat dilaksanakan.
Adapun tujuan
utama implementasi strategi adalah rasionalitas tujuan dan sumber daya. Pada
dasarnya implementasi strategi adalah tindakan yangmengimplementasikan strategi
yang telah disusun kedalam berbagai alokasi sumber daya secara optimal. Dengan
kata lain, dalam implemntasi strategi harus menggunakan informasi formulasi
strategi untuk membantu dalam penmbentukan tujuan-tujuan kinerja, alokasi dan
prioritas sumber daya.[10]
3)
Evaluasi strategi
Evaluasi
diartikan sebagai umpan balik atas kerja yang lalu dan mendorong adanya
produktifitas dimasa mendatang. Evaluasi merupakan kegiatan menunjukkan
penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan sesuai dengan saran dan
tujuan yang ditetapkan dalam formulasi strategi.
Adapun menurut
Akdon, fokus utama evaluasi strtegi adalah pengukuran kinerja dan penciptaan
mekanisme umpan balik yang efektif. Pengakuan kinerja merupakan tahap yang
penting untuk melihat dan mengafaluasi capaian atau hasil pekerjaan yang
menjadi sasaran pekerjaan tersebut[11]
c. Manfaat manajemen
strategik
Manajemen
strategik mempunya manfaat bagi seluruh organisasi/ lembaga yang menerapkannya.
Sebagimana yang dimaksudkan oleh wahyudi dalam bukunya Manajemen strategik
organisasi non-profit, bahwasnya manfaat yang diperoleh organisasi dalam
menerapkan manjemen strategik diantaranya.
1)
Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju oleh organisasi.
2)
Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang
terjadi.
3)
Menbantu organisasi menjadi lebih efektif.
4)
Mengidentifikasikan keunggulan komparatif dalam lingkungan yang
semakin beresiko, serta
5)
Mengurangi efektifitas yang tumpang tindih.[12]
Dengan demikian
manfaat yang diperoleh oleh organisasi dari penerapan manajemen strategik
adalah menjadikan oraganisasi lebih dinamis, fungsi kontrol berjalan efektif
dan efesien meniadakan pertentangan dan mewujudkan keunggulan, memudahkan danb
menyepakati perubahan pengenmabangan strategi yang dilaksanakan mendorong
prilaku positif bagi semua pihak untuk ikut serta mengembangkan organisasi.
2.
Anilisis SWOT
SWOT adalah
singkatan dari strength, weakneses, Opportunities and Threat[13]s
(kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi
alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap
merupakan alat yang efektif dalam
menempatkan potensi institusi. SWOT dapat dibagikedalam dua elemen – analisa
internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri, dan analisa
lingkungan
Uji kekuatan
dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif
performa institusi pada konteks eksternal atau lingkungan setempat sebuah
institusi beroprasi. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek
penting dari hal-hal tersebut, kekutan,
kelemahan, peluang dan ancaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk
memaksimalkan kekuatan, meminalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun
peluang.
Strengths-kekuatan[14] merupakan kondisi
internal positif yang memberikan keuntungan. Kekuatan dalam lembaga
sekolah/madrasah dapat berupa kemampuan-kemampuan khusus/spesifik, SDM yang
menandai, image organisasi, kepemimpinan yang cakap dan lain-lain.
Weaknes-kelemahan[15] merupakan kondisi
internal negativ yang dapat merendahkan penilaian terhadap sekolah/madrasa
kelemahan dapat berupa rendahnya SDM yang dimiliki, produk yang tidak
berkualitas, image yang tidak kuat, kepemimpinan yang buruk dan lain-lain.
Opportunity-peluang[16] adalah kondisi sekarang
atau masa depan yang menguntungkan sekolah/madrasah. Opportunity merupakan
kondisi eksternal yang dapat memberikan peluang-peluang untuk kemajuan lembaga
seperti adanya perubahan hukum, menurunnya pesaing menigkatnya jumlah siswa
baru.
Threats-tantangan[17] adalah kondisi eksternal
sekolah/madrasah, sekarang dan yang akan datang yang tidak menguntugkan.
Tantangan ini dapa berupa munculnya pesaing-pesaing baru, penurunan jumlah
siswa dan lain-lain.
Kerangka Kerja Analisis
SWOT
ENVIROMENTAL SCAND
|
Internal Analisis
|
External Analisi
|
Strength
|
Weaknesse
|
Opportunity
|
Threats
|
SWOT MATRIX
|
C.
Analisis Strategik di Lembaga Pendidikan Islam
1.
Analisis lingkungan internal
Analisi
lingkungan internal (ALI) berupa pencermatan dan identifikas terhadap kondisi
intenal organisasi, menyangkut organisasi, biaya oprasional, efektifitas
organisasi, sumber daya manusia, srana dan prasarana maupu dana yang tersedia.
Pencermatan dilakukan dengan mengelompokkan atas hal-hal yang merupakan
kekuatan (strength) atau kelemahan (weakness) organisasi dalan
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran.[18]
Lingkungan
internal merupakan roh dalam sebuah lembaga untuk menjamin keberlangsungan
proses pendidikan yang sedang belangsung oleh karena itu dibutuhkan manjemen
pengelolaan yang baik.
a.
Analisis siswa atau peserta didik
Pesrta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui pembelajaran yang tersedia pada jalu. Jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.[19]
Oemar Hamalik di kutip dari Ari Hidayat dan Imam Machali mendefinisikan peserta
didik sebagi suatu kompenen masukan dalam sistem masukan dalam sistem
pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia berkualitas.
Adapun
tahapan tahapan pengelolan peserta didik menuurut Ari Hidayat dan Imam Machali
sebagai berikut.
a)
Analisis kebutuhan peserta didik.
b)
Rekruitmen peserta didik.
c)
Seleksi peserta didik.
d)
Orientasi.
e)
Penenmpatan pesrta didik.
f)
Pembinaan dan penagenbangan peserta didik.
g)
Pencatatan dan pelaporan.
h)
Kelulusan dan Alumni.
Oleh
karena itu manajemen kesiswaan pendidikan Islam bila dilihar dari segi tahapan
dalam masa studi di sekolah/madrasah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu,
penerimaan siswa baru, preoses pembelajaran dan persiapan studi lanjut atau
bekerja. Dengan istilah lain, tiga tahapan tersebut dapat disebut denga tahapa
penjaringan, pemprosesan dan pendistribusian. Semua tahapan tersebut
membutuhkan pengelolaan secara maksimal agar mendapatkan hasil yang maksimal
pula.
b.
Analisis tenaga kependidikan
USPN
No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidika dalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara. Tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Peranan
guru yang sangat penting tersebut bisa menjadi potensi besar dalam memjukan
atau meningkatkan mutu pendidikan Islam, atau sebaliknya bisa juga
menghancurkannya. Ketika guru benar-benar berlaku profesional dan dapat mengelola pendidikan dengan baik,
tentunya mereka semakin bersemangat dalam menjalnkan tugasnya bahkan rela
melakukan inovasi pembelajarn untuk
kesuksesan pembelajaran peserta didik.[20]
c.
Analisis sarana fisik sekolah
Sarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang
meliputi peralatan dan perlengkapan yang
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah seperti gedung, ruangan,
meja, kursi, alat peraga, buku pelajaran dan lain-lain. Sedangkan prasarana
semua kompenen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut seperti jalan menju sekolah, halamn
sekolah, tata tertip sekolah dan lain-lain.
Sarana dan
prasarana pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam sebaiknya dikelola dengan
sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan-ketentuan berikut;
a)
Lengkap siap dipakai setiap saat, kuat, dan Awet.
b)
Rapi indah bersih, anggung, dan asri sehingga menyejukkan pandangan
dan perassan siapun yang memasuki kompleks lembaga pendidikan Islam.
c)
Kreatif, inovatif, responsif dan variatif sehingga dapat merangsang
timbulnya imajinaasi peserta didik.
d)
Memiliki jangkauan waktu penggunaan yang panjang melalui
perencanaan yang matang untuk menghidari kecendrungan bongkar pasan bagunang.
e)
Memiliki tempat khusus untuk beribadah maupun pelaksanaan kegiatan
sosio-religius seperti mushallah atau masjid..
Oleh karena
itu, sarana dan prasarana pendidikan Islam seharusnya diupayakan semaksimal
mungkin agar lembaga pendidikan Islam
Memiliki daya tarik yah khas. Jika terjadi demikian, maka posisi tawar
lembaga tersebut terhadap masyarakat sekitar sangatlah tinggi. Hal ini mungkin
terjadi jika sarana dan prasarana ini mendapat perhatian besar dari manajer
pendidikan Islam mulai tahap perencanaan sampai pada perawatan /pemeliharaan.
d.
Analisis kurikulum, materi pendidikan dan proses belajar mengajar
Selama
ini kurikulum di anggapa sebagai penetu
keberhasilan pendidikan, termasuk pendidikan Islam.[21] Karena itu, perhatian
para guru, dosen, kepsls sekolah/madrasah, ketua rektor, maupun praktisi
pendidikan terkonsentrasi pada kurikulum. Padahal kurikulum bukanlah penentu
utama. Dalam kasus pendidikan di Indonesia misalnya. Problem yang paling besar
di hadapi bangsa ini sesungguhnya bukan problem kurikulum, meskipun bukan
berarti kurikulum tidak menimbulkan problem, namun masalah kesadaran merupakan
masalah yang besar. Yaitu lemahnya kesadarn untuk berprestasi, kesadarn untuk
sukses, kesadarn untuki meningkatkan SDM, kesadaran untuk menghilangkan
kebodohan, maupun kesadarn untuk berbuat yang terbaik.
Menurut
Mujamil Qomar yang dikutip dari Al-Syaibani mengutarakan beberapa ciri-ciri
kurikulum pendidikan Islam.
a)
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada sebagi tujuan, kandungan,
metode alat dan tekniknya.
b)
Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh.
c)
Memliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu dan
seni, kemestian, pengalamn dan kegiatan pengajaran yang beragam.
d)
Berkecendrungan pada seni halus, aktivitas pendiddkan, jasmani,
latihan militer, pengetahuan teknik
latihan kejuruan dan bahasa asing untuk perorangan maupun mereka yang
memiliki kesediaan, bakat dan keinginan.
e)
Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat, kemampuan,
kebutuhan, dan perbedaan perorangan di antara mereka.[22]
Ciri-ciri
ini menggambarkan adanya berbagai tuntutan yang harus ada dalam kurikulum
pendidikan Islam. Tuntutan ini terus berkembang sesuai dengan tantangan zaman
yang sedang dihadap. Tantangan pendidikan Islam dizaman sekarang tentu sangat
berbeda denganzaman klasik dulu. Tantangan dizaman sekarang tentu lebih
kompleks. Kurikulum pendidikan harus dirancang dengan sebagus mungkin untuk
menghasilkan outpit yang memuaskan.
e.
Analisis administrasi dan keuangan sekolah
Selama ini ada
kesan bahwa keuangan adalah segalanya dalam memajukan suatu lembaga pendidikan.
Tampa dukungan finasial yang cukup, manajer lembaga pendidikan seakan tidak
bisa berbuat banyak dalam upaya memajukan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Sebab mereka berpikir semua uapay memajukan senantiasa harus dimodali dengan
uang. Upaya memajukan kompenen-kompenen
pendidikan tampa disertai
dukungan uang akan pasti mandek di tengah jalan.
Setidaknya ada
dua hal yang meneybabkan timbulnya perhatian yang besar pada keungan yaitu,
Pertama, keungan temaasuk kunci penentu kelangsungan dan kemajuan lembaga
pendidikan. Kenyataan ini mengandung konsekuensi bahwa program-program
pembaruan atau pengembangan pendidikan bisa gagal dan berantakan manakala tidak
didukung oleh dana yang memadai. Kedua, lazimnya uang dalam jumlah besar
sulit sekali didapatkan khususnya
lembaga pendidikan swasta yang baru berdiri.
Sumber keungan
atau pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi tiga sumber.
a)
Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun keduanya, bersifat
umum dan khususserta di peruntukkan bagi pendidikan.
b)
Orangtua atau peserta didik.
c)
Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.[23]
2.
Analisis lingkungan eksternal
Analisis
lingkungan eksternal (ALE) berupa pencermatan dan identifikasi terhadap kondisi
lingkungan di luar organisasi yang dapat terdiri dari lingkungan ekonomi,
teknologi, sosial, budaya, politik, ekologi dan keamanan pencermatan ini akan
menghasilkan indikasi menganai peluang
(opportunities) dan tantangan (threas) organisasi dalam mewujudkan
tujuan dan sasaran organisasi.[24]
a.
Analisis lingkungan sosial masyarakat
Lembaga
pendidikan Islam perlu menagani masyarakat atau hubungan lembaga pendidikan
Islam dengan masyarakat. Kita harus menyadari bahwa masyarakat memiliki peranan
yang sangat penting terhadap keberadaan, keberlangsungan bahkan kemajuan
lembaga pendidikan Islam. Setidaknya salah satu parameter penentu nasib
lembaga pendidikan Islam adalah
masyarakat. Bila ada lembaga pendidikan Islam maju, hampir bisa dipastikan
salah satu faktor keberhasilan adalah keterlibatan masyarakat yang maksimal.
Begitu pula sebaliknya, bila ada lembaga pendidikan Islam yang memperihatinkan,
salah satu penyebabnya bisa jadi masyarakat enggang mendukung. Sikap masyarakat
ini bisa jadi akibat dari hal lain dalam kaitannya dengan lembaga pendidikan
Islam, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Masyarakat
memiliki posis ganda dalam lembaga pendidikan Islam, yaitu sebagai objek dan
sebagi subjek yang keduanya memiliki makna fungsional bagi pengadaan lembaga
pendidikan Islam. Ketika lembaga pendidikan Islam sedang melakukan promosi
penerimaan sisw/santri dan mahasiswa baru maka masyarakat menjadi objek
mutlakdi butuhkan. Sementara itu respon terhadap promosi itu menempatkan mereka
sebagai subjek yang memiliki kewenangan penuhuntuk mnerima tau menolaknya.
Seelain itu
hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain sebagai berikut
a)
Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.
b)
Memperkukuh tujuan serta meningkatkan
kualitas hidup dan penghidupan masyarakat.
c)
Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.[25]
b.
Analisis peranan pemerintah dan Yayasan
Dalam
menghadapi kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak pada pengembangan
lembaga pendidikan, pengelola harus mampu memiliki jiwa untuk berbesar dan
menanggung apa yang terjadi si kemudian hari terhadap terhadap kebijakan
tersebut[26]
Umumnya
ketidaksesuaian kebijakan dengan apa yang ada di atas kertas dengan apa yang
ada di lapangan dikarenakan tidak adanya kebijakan pendukung. Misalnya seperti
penerapan kebijakan dalam menjalankan standar nasional pendidikan dalam bidang
proses pembelajaran seperti yang tertuang dalam permendiknas No. 22,23 dan 24
tahun 2006, yang mengamantkan agar sekolah atau madrasah melaksanakan proses
pembelajaran yang terencana dibuktikan dengan adanya para guru yang membuat
silabus dan RPP. Kebijakan ini sebenarnya adalah langkah maju yang dilakukan
oleh pemerintah dalam upaya pembelajaran yang efektif. Namun awalnya kebijakan
ini juga berjalan tersendak-sendak dikarenakan ketika menerima kebijakan
tersebut para pengelola madrasah merasa kelebihan karena kebijakan tersebut
tidak ditkuti dengan kebijakan pendukung seperti pengadaan pelatihan pembuatan
silabus dan RPP yang merata diseluruh Indonesia, bantuan dana serta teknologi
informasi dan komunikasi yang berkaitan dengan hal tersebut.[27]
D.
Analisis SWOT lembaga Pendidikan Islam
Analisi
SWOT itu sendiri dapat didefinisikan dengan suatu identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.[28]
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts)
dan peluang (opportunities), akan tetapi secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(weakness) dan ancaman( threats).[29]
Ada
beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh dalam melakukan analisis SWOT,
antara lain: Langkah pertama, identifikasi
kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal, globalisasi) yang paling urgen
untuk diatasi secara umum pada semua komponen pendidikan. Langkah
kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang (eksternal)
yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah
diidentifikasi pada langkah pertama. Langkah ketiga, lakukan analisis
SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
konteks sistem manajemen pendidikan. Langkah keempat, rumuskan
strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman,
termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.
Langkah kelima,
tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu
rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.
Dengan
analisis SWOT tersebut diharapkan pendidikan Islam dapat melakukan
langkah-langkah strategis. Strategi adalah suatu cara dimana organisasi
atau lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan
ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan
kemampuan internal.Setelah melakukan analisis SWOT, berikutnya adalah melakukan
langkah-langkah strategis sebagaimana dapat dibagankan sebagai berikut:
1.
Kekuatan
Faktor-faktor
kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau
keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan
komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga
pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan
bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan
lain yang membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder
maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh
bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, citra yang
positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan
berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di
era otonomi pendidikan atara lain ; sumber daya manusia yang secara kuantitatif
besar, hanya saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan
pendidikan Islam sangat tinggi, yang didukung sarana prasarana pendidikan yang
cukup memadai. Hal lai dari faktor keunggulan lembaga pendidikan Islam adalah
kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat tinggi,
dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan lembaga pendidikan
Islam.
Bagi sebuah
lembaga pendidikan sangat penting untuk mengenali terhadap kekuatan dasar
lembaga tersebut sebgai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang
berbasis kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi
adalah sebuah langkah bersar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan
islam.
2.
Kelemahan
Segala sesuatu
pasti memiliki kelemahan adalah hal yang wajar tetapi yang terpenting adalah
bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisir
kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi
kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini bisa
kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik,
lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan dengan
kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain
Untuk itu,
beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para pengelola
pendidikan Islam, antar alain ; (1) lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
Islam. (2) sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja. (3)
lembaga pendidikan Islam swasta umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga
mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini. (4) uotput lembaga
pendidikan Islam belum sepenuhnya bersaing dengan output lembaga
pendidikan yang lain dan sebagainya.
3.
Peluang
Peluang adalah
suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi
dalam lembaga pendidikan. ituasi lingkungan tersebut misalnya ; (1)
kecendrungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik. (2) identifikasi
suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian. (3) perubahan dalam
keadaan persaingan. (4) hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
Peluang pengembangan lembaga pendidikan Islam antara lain :
a.
Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran
seperti ini diperlukan peran serta pendidikan agama Islam yang lebih dominan.
b.
Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang
cenderung konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga
kajian-kajian agama berdimensi sufistik kia menjamur. Ini menjadi salah satu
peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan Islam kedepan.
c.
Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah
muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar diseluruh dunia. Ini adalah
peluang yang sangat setrategibagi pentingnya manajemen pengembangan lembaga
pendidikan Islam.
4.
Ancaman.
Ancama merupakan
kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah ancaman tidak
ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan
peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman tersebut
adalah ; minat peserta didik baru yang menurun, kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.
E.
Contoh analisis SWOT di Lembaga Pendidikan Islam
1.
Kekuatan:
a.
Knowledge atau kepakaran yang dimiliki
b.
Lulusan dihasilkan atau pelayanan yg unik
c.
Lokasi tempat lembaga pendidikan berada
d.
Kualitas lulusan atau proses
2.
Kelemahan:
a.
Kurangnya pengetahuan sosialisasi lembaga pendidikan.
b.
Lulusan yang tidak dapat dibedakan dengan lulusan lembaga pendidikan / lembaga pendidikan lain.
c.
Lokasi lembaga pendidikan yang terpencil
d.
Kualitas lulusan yang jelek
e.
Reputasi yang buruk
3.
Peluang:
a.
Lembaga yangterus berkembang dan pendidikan merupakan kebutuhan bagi
masyarakat.
b.
Adanya pendidikan berbasis internasional
c.
Peluang karena lembaga pendidikan yang tidak sanggup memenuhi
permintaan masyarakat.
4.
Ancaman:
a.
Adanya lembaga pendidikan Islam baru di area yang sama
b.
Persaingan harga dengan lembaga pendidikan lain.
c.
Lembaga pendidikan lain mengeluarkan lulusan baru yang inovatif
d.
Lembaga pendidikan lain memegang pangsa pasar terbesar
No
|
Dimensi
|
Bobot
|
1
|
Visi, Misi dan tujuan lembaga
|
5
|
2
|
Organisasasi & Administrasi
|
5
|
3
|
Manajemen
|
5
|
4
|
siswa
|
10
|
5
|
SDM
|
10
|
6
|
Keuangan
|
5
|
7
|
Insfrastruktur
|
5
|
8
|
Kurikulum
|
10
|
9
|
Pembelajaran
|
10
|
10
|
Penelitian dan publikasi
|
10
|
11
|
Pengabdian masyarakat
|
5
|
12
|
Kendali mutu
|
10
|
13
|
Sistem informasi
|
5
|
14
|
Keberlanjutan
|
5
|
15
|
Kinerja Fakultas Jumlah
|
100%
|
No
|
Faktor
Internal : Kekuatan
|
Skor
|
||
+1
|
+2
|
+3
|
||
1
|
Knowledge atau kepakaran yang dimiliki
|
-
|
2
|
-
|
2
|
Lulusan dihasilkan atau pelayanan yg unik
|
-
|
2
|
-
|
3
|
Lokasi tempat lembaga pendidikan berada
|
-
|
2
|
-
|
4
|
Kualitas lulusan atau proses
|
-
|
2
|
-
|
Jumlah
|
8
|
No
|
Faktor
Internal: Kelemahan
|
Skor
|
||
-1
|
-2
|
-3
|
||
1
|
Kurangnya pengetahuan sosialisasi lembaga pendidikan.
|
-
|
2
|
-
|
2
|
Lulusan yang tidak dapat dibedakan dengan lulusan lembaga pendidikan / lembaga pendidikan lain.
|
-
|
2
|
-
|
3
|
Lokasi lembaga pendidikan yang terpencil
|
-
|
2
|
-
|
4
|
Kualitas lulusan yang jelek
|
-
|
2
|
-
|
Jumlah
|
8
|
No
|
Faktor
Eksternal: Peluang
|
Skor
|
||
|
+1
|
+2
|
+3
|
|
2
|
Adanya pendidikan berbasis internasional
|
-
|
2
|
-
|
2
|
Lembaga yangterus berkembang dan pendidikan
merupakan kebutuhan bagi masyarakat.
|
-
|
2
|
-
|
3
|
Peluang karena lembaga pendidikan yang
tidak sanggup memenuhi permintaan masyarakat.
|
-
|
2
|
-
|
Jumlah
|
8
|
No
|
Faktor
Eksternal: Ancaman
|
Skor
|
||
|
+1
|
+2
|
+3
|
|
1
|
Adanya lembaga pendidikan Islam baru di area
yang sama
|
-
|
2
|
-
|
2
|
Persaingan harga dengan lembaga pendidikan
lain.
|
-
|
2
|
-
|
3
|
Lembaga pendidikan lain mengeluarkan lulusan
baru yang inovatif
|
-
|
2
|
-
|
4
|
Lembaga pendidikan lain memegang pangsa pasar
terbesar
|
--
|
2
|
-
|
Jumlah
|
8
|
Kuadran SWOT
Kuadran 1 (kanan-atas): ofensif/Agresif (Pengembangan dan pertumbuhan)
Jika berada pada posisi ini, berarti lembaga memiliki
banyak kekuatan dan peluang dibandingkan dengan kelemahan dan ancaman. Pada
posisi ini masih dapat dikaji lebih jauh apakah kekuatan yang dimiliki
mendominasi peluang yang ada. Yang jelas, pada posisi ini lembaga harus dapat
memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
Kuadran II Defensif (Stabilisasi dan
Konsolidasi Internal) (kiri-atas):
Jika lembaga berada pada posisi ini berarti lembaga
memiliki banyak kekuatan dibandingkan dengan kelemahan. Namun dari lingkungan
eksternal lembaga menghadapi lebih banyak ancaman dibandingkan dengan peluang.
Untuk itu, strategi yang dimunculkan adalah dengan memanfaatkan kekuatan yang
dimiliki dalam menghadapi/menghindari ancaman dan bahkan mengubahnya menjadi
peluang.
Kuadran III Rekonsiliasi: (Penciutan
Kegiatan) (kanan-bawah):
Lembaga memiliki banyak kelemahan daripada kekuatan.
Namun dari sisi ;lingkungan eksternal, lembaga menghadapi lebih banyak peluang
daripada ancaman. Dengan demikian strategi yang perlu dikembangkan adalah yang
memanfaatkan peluang dan meminimalisir kelemahan.
Kuadran IV (Diversivikasi
kegiatan) (kiri-bawah): Likuidasi/Turn around:
Kuadran 4
menunjukkan bahwa lembaga memiliki sangat kecil kemungkinan untuk berkembang
bahkan bertahan, karena kekuatan yang dimiliki lebih kecil daripada kelemahan
dan ancaman yang dihadapi lebih besar/lebih banyak daripada peluang. Namun pada institusi pelayanan pendidikan,
tidak pernah dilakukan likuidasi/penutupan. Sehingga apabila lembaga berada
pada posisi ini, disarankan untuk melakukan turn-around atau mengkaji
kembali core business- lembaga, apakah sudah sesuai dengan visi, misi,
atau kondisi lingkungan yang dihadapi atau tidak.
F.
Kesimpiluan
Pengamatan dan
penilaian yang dilakukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan
internal lembaga pendidikan memungkinkan para pengelola pendidikan mampu
mengidentifikasi berbagai jenis peluang untuk merumuskan dan
mengimplementasikan rencana pendidikan. Rancangan yang bersifat menyeluruh
dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal sebagai manajemen
strategik.
Pencapain
tujuan organisasi diperlukan alat yang berperan sebagi ekselerator dan
dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Demikan
halnya dalam lembaga pendidikan Islam yang merupakan sekumpulan manusia yang
mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, sejalan
dengan hal tersebut diyakini sebagai salah satu alat untuk mencapai tesebut
adalah menggunakan konsep manajemen
strtaegik
Dalam
pelaksanaan roda organisasi baik itu organisasi publik maupun lain maka
dibutuhkan pengelolaan yang profesional agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan maka perlu analisa dan memperhitungkan kemungkinan yang akan
dihadapi dalam organisasi Manajemen strategik adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan
kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan berkesinambungan bagi suatu
organisasi. Konsep manajemen strategik digunakan di dunia pendidikan untuk
lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik analisis
SWOT.
Faktor-faktor
kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau
keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan
komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga
pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan
bagi perserta didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan
lain yang membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder
maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Daftar Pustaka
Akdon,
2007. Stategic Management for Education Management (Manajemen Strategik
Untuk Manajemen Pendidikan), Bandung; Alfabeta.
David,
Fred R. 2006. Manajemen Strtegis
Konsep, terj. Ichan Setiyo Budi,
Jakarta: Salemba Empat
Depertemen pendidikan Nasional,
2008, Kamus Besar Indonesia, Jakarta:Pusat Bahasa,
Engkoswara
dan Aan Komariah, 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung; Alfabeta.
Hidayat,
Ara dan Imam Machali, 2012, Pemgelolaan Pendidikan, Konsep, Prinsip Dan
Aplikasi Dalam Mengelolah Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta; Kaukaba.
Mulyasa,
E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya.
--------------,2002.Manajemen
Berbasis Sekolah, Konsep strategi dan Implementasi, Bandung; Remaja Rosda
Karya.
Padil,
Moh. dan Angga Teguh Prasetyo, 2011, Strategi Pengelolaan SD/MI Visioner,
Malang: UIN Maliki Press.
Qomar,
Mujamil, 2007. Manajemn Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam, Bandung: Erlangga.
Rangkuti,
Freddy, 2008, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta,
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sagala,
Syaiful, 2010, Manajemen Strategik
dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung; Alfabeta.
Sam
M, Chan, dkk. 2007, Anilisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah,
Jakarta; Grafindo Persada.
Sallis,
Edward, 2012. Total Quality Management in Edukation (Manajemen Mutu
Pendidikan), Yogyakarta; IRCiSoD.
Wahyudi,
1996. Manajemen Stratgik Organisasi
Non Profit, Jakarta: Bina Rupa Aksara.
[1] E. Mulyasa, Menjadi
Kepala Sekolah Profesional, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. 2003, hlm., 217
[4] Akdon, Stategic
Management for Education Management (Manajemen Strategik Untuk Manajemen
Pendidikan), Bandung; Alfabeta, 2007, hlm., 2
[5] Ibid, hlm.
3
[6] Ibid, hlm.
3
[7]Fred R. David, Manajemen
Strtegis Konsep, terj. Ichan Setiyo Budi,
Jakarta: Salemba Empat, 2006, hlm., 5
[8]Ibid,
hlm., 7
[9]Syaiful Sagala,
Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung;
Alfabeta, hlm., 139
[10] Akdon, Stategic
Management for Education Management (Manajemen Strategik Untuk Manajemen
Pendidikan), Bandung; Alfabeta, 2007, hlm., 82-83
[11] Akdon, Stategic
Management....... hlm., 84
[12]Wahyudi, Manajemen
Stratgik Organisasi Non Profit, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1996, hlm., 19
[13] Edward Sallis,
Total Quality Management in Edukation (Manajemen Mutu Pendidikan),
Yogyakarta; IRCiSoD, 2012, hlm., 221
[14] Ara Hidayat
dan Imam Machali, Pemgelolaan Pendidikan, Konsep, Prinsip Dan Aplikasi Dalam
Mengelolah Sekolah Dan Madrasah, Yogyakarta; Kaukaba, 2012, hlm., 166
[18] Engkoswara dan
Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, Bandung; Alfabeta, 2010, hlm.,
138.
[19]Ara Hidayat dan
Imam Machali, Pemgelolaan Pendidikan..., hlm., 150
[20] Mujamil Qomar,
Manajemen Pendidikan Islam,.. hlm. 129
[21] Mujamil Qomar,
Manajemn Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Islam, Bandung: Erlangga, 2007, hlm., 149
[22] Ibid,
hlm., 151
[23]E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah, Konsep strategi dan Implementasi, Bandung; Remaja Rosda
Karya, 2002, hlm., 49
[24]Engkoswara dan
Aan Komariah, Administrasi... hlm., 139
[25]E. Mulyasa, manajemen.....
hlm. 50
[26] Moh. Padil dan
Angga Teguh Prasetyo, Strategi Pengelolaan SD/MI Visioner, Malang: UIN
Maliki Press, 2011, hlm., 4
[27] Ibid,
hlm., 5
[28] Pada dasarnya
analisis SWOT ini memang biasa dipakai dalam perusahaan-perusahaan. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan dan tidak ada salahnya jika digunakan dalam suatu
lembaga pendidikan termasuk pesantren.
[29] Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah
Kasus Bisnis, Jakarta, PT Gramedia PustakaUtama., 2008, hlm. 19.